Facebook Disalahkan atas Kemenangan Trump, Ini Reaksi Zuckerberg
Suasana meja kerja CEO Facebook Mark Zuckerberg (Sumber: Facebook)
Mata_Lelaki - California - Kemenangan Donald Trump pada pemilihan Presiden Amerika Serikat ke-45 masih menyisakan persoalan. Bagaimana bisa seorang yang lekat dengan kontroversi bisa terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat?
Beberapa pihak yang tidak puas dengan kemenangan tersebut ternyata menyalahkan Facebook. Algoritma News Feed di jejaring sosial itu dianggap tak berimbang.
Menanggapi hal tersebut, CEO Facebook Mark Zuckerberg merasa pandangan yang menyebut layanannya membuat Donald Trump meraih kemenangan merupakan hal yang tak masuk akal.
"Secara pribadi, saya merasa gagasan bahwa berita palsu di Facebook, yang sangat sedikit jumlahnya dan dapat mempengaruhi pemilihan umum, merupakan hal yang sangat gila," tuturnya saat konferensi Technomy seperti dikutip dari Business Insider,
Menurut dia, jika percaya bahwa berita palsu di Facebook dapat berdampak pada pemilihan, secara tak langsung itu telah mencederai kepercayaan. Sebab, hal itu sama saja dengan menganggap apa yang dilakukan pendukung Trump tak benar-benar serius.
"Jika (kamu) percaya hal tersebut, saya merasa banyak orang tak bisa menangkap pesan yang dimaksud oleh pendukung Trump," ujar suami Priscilia Chan itu. Hanya ia tak mengungkap lebih jauh maksud ucapannya tersebut.
Di samping itu, Zuckerberg juga merasa orang-orang saat ini sudah cukup pintar untuk dapat memisahkan antara kebenaran dan kebohongan. Kendati, ia juga tak menampik Facebook selalu berusaha untuk menghapus kabar hoax yang muncul.
Sebagai informasi, setelah kemenangan Trump beberapa pihak menyebut Facebook turut bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Alasannya, algoritma News Feed Facebook dianggap berat sebelah dan hanya menampilkan satu sisi pemberitaan.
Karenanya, hampir mungkin seseorang hanya akan melihat konten yang sesuai dengan ketertarikannya meski hal itu palsu. Untuk itu, konten yang ditampilkan akan melewatkan semua informasi dari sudut pandang berbeda.
Keadaan itu sebenarnya dapat diatasi apabila seseorang memastikan sebuah informasi terlebih dulu. Akan tetapi, nyatanya lebih banyak orang dewasa di Amerika Serikat telah mengandalkan Facebook menjadi kurator berita.
Studi dari Pew Research tahun lalu menemukan hampir sebagian besar orang dewasa dengan persentase 63 persen di Amerika Serikat memilih Facebook sebagai sumber berita.
Beberapa pihak yang tidak puas dengan kemenangan tersebut ternyata menyalahkan Facebook. Algoritma News Feed di jejaring sosial itu dianggap tak berimbang.
Menanggapi hal tersebut, CEO Facebook Mark Zuckerberg merasa pandangan yang menyebut layanannya membuat Donald Trump meraih kemenangan merupakan hal yang tak masuk akal.
"Secara pribadi, saya merasa gagasan bahwa berita palsu di Facebook, yang sangat sedikit jumlahnya dan dapat mempengaruhi pemilihan umum, merupakan hal yang sangat gila," tuturnya saat konferensi Technomy seperti dikutip dari Business Insider,
Menurut dia, jika percaya bahwa berita palsu di Facebook dapat berdampak pada pemilihan, secara tak langsung itu telah mencederai kepercayaan. Sebab, hal itu sama saja dengan menganggap apa yang dilakukan pendukung Trump tak benar-benar serius.
"Jika (kamu) percaya hal tersebut, saya merasa banyak orang tak bisa menangkap pesan yang dimaksud oleh pendukung Trump," ujar suami Priscilia Chan itu. Hanya ia tak mengungkap lebih jauh maksud ucapannya tersebut.
Di samping itu, Zuckerberg juga merasa orang-orang saat ini sudah cukup pintar untuk dapat memisahkan antara kebenaran dan kebohongan. Kendati, ia juga tak menampik Facebook selalu berusaha untuk menghapus kabar hoax yang muncul.
Sebagai informasi, setelah kemenangan Trump beberapa pihak menyebut Facebook turut bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Alasannya, algoritma News Feed Facebook dianggap berat sebelah dan hanya menampilkan satu sisi pemberitaan.
Karenanya, hampir mungkin seseorang hanya akan melihat konten yang sesuai dengan ketertarikannya meski hal itu palsu. Untuk itu, konten yang ditampilkan akan melewatkan semua informasi dari sudut pandang berbeda.
Keadaan itu sebenarnya dapat diatasi apabila seseorang memastikan sebuah informasi terlebih dulu. Akan tetapi, nyatanya lebih banyak orang dewasa di Amerika Serikat telah mengandalkan Facebook menjadi kurator berita.
Studi dari Pew Research tahun lalu menemukan hampir sebagian besar orang dewasa dengan persentase 63 persen di Amerika Serikat memilih Facebook sebagai sumber berita.
0 komentar:
Posting Komentar