Dua Kakek Memperkosa ABG Yang Minta Tolong Untuk Dikerokin Karena Masuk Angin
Mata_Lelaki -Sukurin! Dimintai tolong wanita masuk angin, malah dua kakek ini yang kerasukan setan. Secara bergantian Mbah Kromo, 70, dan Mbah Wongso, 64, menodai Susanti, 19. Untung saja gadis SMA itu bisa membalas sakit hatinya, saat dua kakek ini terkulai sehabis “entuk-entukan” langsung dibabat sabit hingga luka parah.
Edan memang dua kakek dadi Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan (Jateng) ini. Dalam usia bukan lagi muda, masih suka daun muda. Melihat paha mulus perempuan masih ngiyip (doyan). Di kala usia semakin senja mestinya semakin arif dan santun, lalu berlomba-lomba dalam kebajikan. Eh yang terjadi malah berlomba dalam ….kebajingan! Ini mungkin yang disebut Mangkunagoro IV dalam Serat Wedatama sebagai: senajan tuwa pikun, tak bisa mikani rasa, lir sepi asepah samun! (sudah tua tak bisa mengendalikan nafsu, hidupnya percuma saja)
Riwayat buruk dua kakek ini dimulai, ketika seorang gadis pelajar SMA mendadak sakit perut sewaktu lewat naik sepeda depan rumah Mbah Kromo. Gadis bernama Susanti ini lalu minta izin empunya rumah untuk numpang ke WC yang terletak di belakang rumah. Seusai buang hajat, Susanti mengucapkan terima kasih dan hendak berlalu. Tapi ternyata dicegah oleh Mbah Kromo yang sejak awal sudah mengintip Susanti buang hajat. “Sajake kowe masuk angin nduk, nyoh diblonyo minyak angin (rupanya kamu masuh angin, nih dioles minyak angin dulu),” kata si kakek penuh kasih sayang.
Anak gadis itu pun menurut, minyak angin itu pun dioleskan ke perut dan punggungnya. Nah, di sinilah musibah itu mengintip. Melihat perut dan punggung Susanti yang putih, pendulum si duda 3 tahun itu langsung kontak. Dia kini jadi akitif pura-pura membantu mengoleskan si minyak angin. Padahal sejatinya mau nyosor menjurus ke daerah rahasia si gadis. Susanti mencegah, tapi Mbah Kromo makin brutal, bahkan main ancam. Walhasil, pagi itu kegadisan Susanti diserahkan dengan paksa kepada Mbah Kormo.
Karena marah dan sakit hati, sebelum pergi Susanti sempat membacok Mbah Kromo yang baru entuk-entukan pakai sabit. Tiba di luar dia lalu ketemu Mbah Wongso kakek yang lain. Susanti bercerita bahwa baru saja diperkosa si jahanam Mbah Kromo. Berlagak empati dan perhatian, sigadis nan mulus itu diajak masuk ke rumahnya, lalu disuruh membuka roknya untuk menunjukkan bukti perkosaan itu. Eh, begitu melihat barang langka, Mbah Wongso ternyata juga ikut kerasukan setan. Susanti langsung ditelentangkan, dan untuk kedua kalinya dia jadi sasaran keberingasan dua kakek.
Makin frustrasilah gadis pelajar kelas III SMA di Penawangan ini. Mbah Wongso yang masih tergolek lemah sehabis menjalankan “aksi”-nya, kembali diberi hadiah bacokan oleh Susanti. Mbah Wongso yang baru saja keenakan itu pun berteriak kesakitan, sehingga mengundang perhatian warga. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, Susanti pun segera menjelaskan apa yang baru saja dialaminya. Penduduk pun jadi marah pada kedua tua bangka itu. Dalam keadaaan berdarah-darah keduanya diserahkan ke Polres Grobogan. “Ora nulung, malah melu mlebu sarung (bukannya menolong, malah ikut masuk sarung)” kata warga menyesalkan ulah kedua kakek.
Edan memang dua kakek dadi Desa Wolo Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan (Jateng) ini. Dalam usia bukan lagi muda, masih suka daun muda. Melihat paha mulus perempuan masih ngiyip (doyan). Di kala usia semakin senja mestinya semakin arif dan santun, lalu berlomba-lomba dalam kebajikan. Eh yang terjadi malah berlomba dalam ….kebajingan! Ini mungkin yang disebut Mangkunagoro IV dalam Serat Wedatama sebagai: senajan tuwa pikun, tak bisa mikani rasa, lir sepi asepah samun! (sudah tua tak bisa mengendalikan nafsu, hidupnya percuma saja)
Riwayat buruk dua kakek ini dimulai, ketika seorang gadis pelajar SMA mendadak sakit perut sewaktu lewat naik sepeda depan rumah Mbah Kromo. Gadis bernama Susanti ini lalu minta izin empunya rumah untuk numpang ke WC yang terletak di belakang rumah. Seusai buang hajat, Susanti mengucapkan terima kasih dan hendak berlalu. Tapi ternyata dicegah oleh Mbah Kromo yang sejak awal sudah mengintip Susanti buang hajat. “Sajake kowe masuk angin nduk, nyoh diblonyo minyak angin (rupanya kamu masuh angin, nih dioles minyak angin dulu),” kata si kakek penuh kasih sayang.
Anak gadis itu pun menurut, minyak angin itu pun dioleskan ke perut dan punggungnya. Nah, di sinilah musibah itu mengintip. Melihat perut dan punggung Susanti yang putih, pendulum si duda 3 tahun itu langsung kontak. Dia kini jadi akitif pura-pura membantu mengoleskan si minyak angin. Padahal sejatinya mau nyosor menjurus ke daerah rahasia si gadis. Susanti mencegah, tapi Mbah Kromo makin brutal, bahkan main ancam. Walhasil, pagi itu kegadisan Susanti diserahkan dengan paksa kepada Mbah Kormo.
Karena marah dan sakit hati, sebelum pergi Susanti sempat membacok Mbah Kromo yang baru entuk-entukan pakai sabit. Tiba di luar dia lalu ketemu Mbah Wongso kakek yang lain. Susanti bercerita bahwa baru saja diperkosa si jahanam Mbah Kromo. Berlagak empati dan perhatian, sigadis nan mulus itu diajak masuk ke rumahnya, lalu disuruh membuka roknya untuk menunjukkan bukti perkosaan itu. Eh, begitu melihat barang langka, Mbah Wongso ternyata juga ikut kerasukan setan. Susanti langsung ditelentangkan, dan untuk kedua kalinya dia jadi sasaran keberingasan dua kakek.
Makin frustrasilah gadis pelajar kelas III SMA di Penawangan ini. Mbah Wongso yang masih tergolek lemah sehabis menjalankan “aksi”-nya, kembali diberi hadiah bacokan oleh Susanti. Mbah Wongso yang baru saja keenakan itu pun berteriak kesakitan, sehingga mengundang perhatian warga. Agar tidak terjadi kesalahpahaman, Susanti pun segera menjelaskan apa yang baru saja dialaminya. Penduduk pun jadi marah pada kedua tua bangka itu. Dalam keadaaan berdarah-darah keduanya diserahkan ke Polres Grobogan. “Ora nulung, malah melu mlebu sarung (bukannya menolong, malah ikut masuk sarung)” kata warga menyesalkan ulah kedua kakek.
0 komentar:
Posting Komentar