Senin, 18 September 2017

22:01
Blunder dan Sikap Destruktif Prabowo Serang Jokowi


Mata Lelaki - Kawasan sekitar Monas di Jakarta Pusat pada Sabtu (16/9) ramai. Bukan oleh warga yang berolahraga pagi di akhir pekan, melainkan massa berbagai elemen yang melakukan aksi bela Rohingya. Agen Bola Terpercaya

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, pun hadir di sana. Mantan calon presiden dalam pemilu 2014 itu pun melontarkan orasi terkait krisis kemanusiaan yang dialami etnis minoritas Rohingya di Myanmar saat ini. Agen Casino Terbaik

Dalam orasinya, Prabowo menyindir bentuk bantuan yang diberikan pemerintah Indonesia kepada etnis Rohingnya hanya pencitraan. Pernyataan Prabowo itu pun senada dengan politikus senior PAN, Amien Rais. Agen Poker Indonesia Terbesar

"Kalau kirim bantuan, itu pencitraan. Bantuan juga tidak sampai kadang-kadang," kata Prabowo di kawasan Patung Arjuna Wijaya yang dikenal publik sebagai Patung Kuda di luar kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (16/9).

Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago menilai, serangan terhadap Jokowi akan berdampak pada Prabowo jelang Pilpres 2019.

"Komentar Prabowo yang terlihat reaksioner, secara tidak langsung pasti mengerus elektabilitas Prabowo. Masyarakat yang awalnya empati, justru berbalik, makin enggak empati karena komentarnya cenderung tidak bijak," katanya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (17/9).




Pernyataan Prabowo, ia menilai, tidak mencerminkan sikap seorang negarawan. Prabowo dan Amien, dianggap Pangi, dengan 'telanjang' mempertontonkan kekacauan logika dalam berpikir.

"Bagaimana ceritanya pemerintah respons membantu krisis kemanusian Rohingya dituduh macam-macam? Serba salah Presiden kita di mata mareka," kata pria yang juga menjabat Direktur Eksekutif Voxpol Center tersebut.

Di mata Pangi, seorang negarawan adalah sosok yang harus lihai dan piawai mengelola dan mencari pemilihan kata serta kalimat yang tepat setiap berkomentar. Sebab, ada konsekuensi logis apabila salah dalam berpendapat apalagi di tataran politik.

"Risikonya enggak main-main dan bisa blunder seperti sekarang," ujarnya.

Krisis Rohingya serta Politik di Antara Prabowo dan JokowiKetua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kiri) bersama Presiden PKS, Sohibul Iman (kiri) menyampaikan orasi dalam Aksi Bela Rohingya 169 di Monumen Patung Kuda, Jakarta, 16 September 2017.

Hal senada juga disampaikan pengamat politik Yunarto Wijaya. Direktur Eksekutif Charta Politika itu menilai komentar Prabowo justru dapat berbalik menjatuhkan dirinya jelang Pilpres mendatang.

"Yang mengatakan bantuan kemanusian Jokowi sebagai pencitraan, menurut saya ini langkah politik yang blunder," katanya.

Yunarto pun menyayangkan sikap Prabowo yang seharusnya memahami konteks hubungan internasional antara Indonesia dan Myanmar.

"Apapun posisi Prabowo yang berseberangan politik [dengan Presiden RI, Joko Widodo], harusnya ikut mengapresiasi bantuan kemanusiaan karena itu bersifat netral dan berimplikasi konkret," ujarnya.

Yunarto menduga sikap tersebut dapat mendegradasi citra Prabowo yang justru mulanya sudah terlihat baik. Yunarto mencontohkan, citra positif itu terbentuk ketika Prabowo tampak berbesar hati menerima kekalahannya pada Pilpres 2014.

Pendiri Partai Gerindra itu datang ke acara pelantikan Jokowi sebagai Presiden. Tak hanya itu, Prabowo pun menerima Jokowi di kediamannya di Hambalang, Kabupaten Bogor pada Oktober 2016.




"Saya menyayangkan Prabowo yang sepertinya terbawa oleh sikap destruktif Amien Rais yang selalu bersikap negatif dalam menyikapi Pemerintah," kata Yunarto.

Krisis kemanusiaan yang dialami etnis Rohingya kembali mengemuka sejak Iduladha tahun ini. Etnis muslim minoritas itu bahkan harus melintasi batas dari Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh untuk mengungsi.

Berdasarkan data badan PBB yang memantau dan mengurus pengungsi di perbatasan Bangladesh, saat ini jumlah pengungsi Rohingya telah melampaui 400 ribu jiwa sejak 25 Agustus lalu.

Sedikitnya 1.000 orang, khususnya Rohingya, diperkirakan tewas sejak krisis kemanusiaan di Rakhine kembali bergejolak akibat bentrokan militer dan kelompok milisi di wilayah itu, 25 Agustus lalu.

Sejak itu, ratusan ribu Rohingya dan etnis minoritas lain dikabarkan melarikan diri keluar Rakhine atau Myanmar dan mengungsi ke negara tetangga seperti Bangladesh, Thailand, dan Malaysia.

Krisis Rohingya serta Politik di Antara Prabowo dan JokowiPengungsi Rohingya mencoba melintasi batas negara menuju Bangladesh demi keselamatan jiwa dan menghindari persekusi di Rakhine, Myanmar. (REUTERS/Danish Siddiqui) Mereka menghindari persekusi dari militer Myanmar yang dilakukan dalam operasi pembersihan, dengan alasan merespons serangan kelompok bersenjata Rohingya atau ARSA.

Terkait situasi di Arakan, Indonesia lewat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah melakukan dialog diplomasi dengan pemerintah Myanmar dan Bangladesh. Selain itu, di tataran bantuan, bantuan kemanusiaan kloter pertama dari Indonesia telah dikirim ke Bangladesh untuk disalurkan ke tempat pengungsian.

0 komentar:

Posting Komentar