Hasil telaah yang dilakukan oleh Doktor Rifki Muhida dari IFI itu menyimpulkan bahwa Big Bang Theory --teori fisika tentang awal mula terbentuknya alam semesta, tak lain dan tak bukan adalah bagian dari proses penciptaan alam semesta itu sendiri. Agen Casino Terbaik
"Perlu keberanian untuk mengatakan bahwa Big bang adalah penciptaan alam semesta", ujar Doktor fisika lulusan Osaka University yang pernah menjabat profesor (Assistant Professor) di Osaka University dan di Internasional Islamic University Malaysia (IIUM). Agen Poker Indonesia Terbesar
Secara sederhana, Big Bang Theory atau Ledakan Dahsyat menjelaskan bahwa alam semesta pada awalnya 'kecil' --tak sebesar seperti sekarang-- serta dalam keadaan yang sangat panas dan padat. Seiring waktu, kosmis yang panas iu mengalami penurunan suhu, kemudian mengalami pemuaian dan mengembang secara terus menerus, tanpa henti, hingga kini.
"Konsep penciptaan alam semesta dalam sains ini ternyata mirip dengan penjelasan penciptaan yang sering kita dengar sehari-hari atau sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci agama," jelas Rifki.
Ia menjelaskan bahwa proses pembentukan alam semesta dari perspektif fisika, seperti yang dicetuskan oleh para fisikawan, tidak utuh dan banyak mengalami kekosongan konseptual.
"Namun sepertinya, apa yang ditemukan sains tidak sesempurna apa yang tertulis dalam kitab suci”, ujarnya lagi.
"Penciptaan alam semesta secara fisika sebagaimana yang dikerjakan para fisikawan termasuk Einsten dan Hawking
belumlah lengkap karena tidak dapat menjelaskan darimana datangnya materi alam semesta yang awalnya tiada."
"Penciptaan hanya menguraikan materi dari energi tinggi ke energi rendah, dari partikel yang rapat ke yang kurang rapat. Setelah ribuan tahun kita baru menyadari sesuatu yang sangat dahsyat ini,” tambahnya.
Menurut para ilmuwan fisika, pada suatu titik masa, proses Big Bang alam semesta akan sepenuhnya berhenti, akibat energi yang menyokong Ledakan Dahsyat lambat-laun habis.
Setelah itu, galaksi yang jumlahnya puluhan triliun akan saling tarik menarik, bertabrakan, dan menyatu menuju kehancuran total. Bintang dan planetnya yang kebanyakan sudah melebur, berubah menjadi lubang hitam serta saling menghancurkan dan memakan satu sama lain.
“Yang menarik,vdari gambaran kiamat ini ternyata cocok dengan hasil yang diperoleh yaitu setelah memecahkan persamaan gravitasi Einstein. Itu artinya bahwa kiamat itu bukan sekedar pernyataan agama tetapi juga kiamat itu sains," jelas alumni Jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung.
Proses Penulisan
Buku Doktor Rifki awalnya ditulis pada 1990-an, saat masih berstatus mahasiswa Jurusan Fisika ITB konsentrasi riset fisika teori (partikel, kosmologi dan nuklir). Karya literatur itu ditujukan sebagai salah satu upaya untuk mencari teori pamungkas penyatuan semua hukum fisika dalam satu hukum fundamental.
Meskipun konsep dasar buku ini ditulis tahun 1990-an, namun data-data yang ditelaah Rifki mengacu pada penemuan sains teranyar hingga 2016, alah satunya seperti data dari NASA, dan lain sebagainya. Buku yang baru diterbitkan bulan Maret lalu, telah terjual sekitar 2.500 eksemplar dan saat ini sedang diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Rifki harus menunggu 23 tahun agar bukunya dapat terbit, karena ada mata rantai penting yang belum ditemukan yang menentukan skala besar penciptaan alam semesta dan kiamat yaitu 'Partikel Tuhan' dan gelombang gravitasi Einstein.
Karyanya telah dipresentasikan di hadapan tiga peraih Nobel, memenangkan berbagai penghargaan internasional diantaranya dari Marubun foundation award, Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) research fellow award, Vacuum Society of Japan Award, medali perak INPEX di Pittsburg USA, serta medali emas di Malaysian Technology Expo Malaysia.
Di dalam negeri, buku itu mendapat komentar positif dari sejumlah tokoh Tanah Air. Dahlan Iskan menyebut, "buku ini bagus sekali. Gaya penulisannya juga asyik. Sangat menarik dan penting."
Mantan Wakil Menteri ESDM Soesilo Siswoutomo mengatakan, “buku yang sangat menggugah paradigma kita tentang kehidupan dan alam semesta. Ternyata banyak penemuan terbaru sains akhir- akhir ini yang membuktikan bahwa kiamat itu ada."
Sementara dari Jepang, Fidens Felix, warga Indonesia yang saat ini bekerja di Jepang, memberikan komentar, ”buku ini wajib dibaca siswa sekolah menengah untuk mengerti fisika dengan mudah”.
#Sumber
0 komentar:
Posting Komentar