Minggu, 13 Agustus 2017

23:20
Istri Johanes, Saksi Kunci Kasus e-KTP yang Tewas ''Ia Suami yang Penuh Pengabdian''


Mata Lelaki - Guam, salah satu pulau kecil di lepas perairan Pasifik, terus menjadi sorotan dunia internasional dalam sepekan terakhir setelah disebut bakal jadi sasaran rudal Korea Utara. Agen Bola Terpercaya

Rabu (9/8) lalu, pimpinan tertinggi Korut, Kim Jong-un mengancam akan menembakan rudal jarak menengah ke Guam pada pertengahan Agustus jika Amerika Serikat tak berhenti mengancam negaranya. Agen Casino Terbaik

Meski sering melontarkan ultimatum terhadap Washington, Pyongyang dianggap tak pernah menargetkan ancaman yang sangat spesifik seperti ini. Agen Poker Indonesia Terbesar

Guam merupakan wilayah bekas jajahan Spanyol yang diokupasi AS pada 1898 lalu.

Pulau seluas tiga perempat Singapura itu kini menjadi salah satu basis angkatan udara dan laut AS di Pasifik. Sedikitnya 7.000 personel serdadu AS bercokol di sana.

Tiga perempat wilayah Guam dikuasai militer AS. Sementara sisanya dikuasai oleh pemerintah setempat yang dipimpin oleh seorang gubernur.

Guam menjadi rumah bagi 160 ribu penduduk lokal atau suku Chamorro yang telah tinggal selama 4.000 tahun di pulau tersebut.

Pulau kecil di sebelah timur Laut Filipina ini pun dikelilingi laut dengan pemandangan serta terumbu karang yang indah.

Anehnya, ancaman rudal Korut malah dianggap meningkatkan pariwisata Guam. Menurut rektor Universitas Guam, Robert F Underwood, ancaman keamanan seperti itu pun tidak mengejutkan bagi penduduk pulau kecil tersebut.

Sebab, ancaman ini bukan yang pertama kalinya bagi Guam. Pada 2013 lalu, Korut juga pernah melontarkan ancaman serupa terhadap pulau itu.

"Ketika Anda berasal dan hidup di Guam, ancaman seperti ini memang menggelisahkan tapi biasa," tutur Underwood yang merupakan mantan delegasi AS untuk pulau tersebut, seperti dilansir The Independent.




Gubernur Guam Eddie Calvo juga tetap santai menghadapi bayang-bayang rudal Korut. Meskipun begitu, otoritas pulau itu telah merilis imbauan keselamatan bagi warganya jika serangan terjadi.

Guam memang menjadi wilayah AS paling dekat dengan Korut. Jaraknya hanya sekitar 3.400 kilometer dari sebelah tenggara Pyongyang, ibu kota Korut.

Warga Guam hanya memiliki waktu sekitar 14 menit untuk menyelematkan diri jika rudal Korut benar-benar ditembakkan ke pulau tersebut.

Meski banyak warga Guam yang mendukung dan merasa yakin bahwa milter AS di sana akan melindungi mereka, tak sedikit pula yang menantang kehadiran pasukan Negeri Paman Sam selama ini di pulau tersebut.

Sejumlah warga menganggap pangkalan militer AS di Guam hanya semakin memperbesar potensi pulau mereka menjadi sasaran perang.

"Sangat mudah memang menganggap Guam selama ini hanya sebagai basis militer AS, tapi tidak cukup mengerti dampak dan bahaya sebenarnya dari kehadiran pasukan tersebut di pulau ini," ucap Victoria-Lola Leon Guerrero, seorang aktivis lokal di Guam.

"Secara harfiah, Guam selama ini milik AS, bukan menjadi bagian dari negara itu," katanya menambahkan.

Guam juga menjadi saksi kekejaman Perang Dunia II di mana sekitar 14.000 warganya ikut menjadi korban kekejaman perang tersebut mulai dari pemindahan paksa ke kamp-kamp konsentrasi hingga penyiksaan.

Bagi orang-orang seperti Guerrero, Perang Dunia II menjadi bukti bahaya kepemimpinan AS di masa lalu dan masa depan.

"Kami akan merasakan lebih banyak pertempuran lagi. Pada Perang Dunia II kami merasakan guncangan bom dan penjajahan. Kebanyakan warga AS tak merasakan kekejaman seperti warga Guam. Padahal penyiksaan itu terjadi bukan karena kami adalah warga Guam, tapi karena kehadiran AS di sini," kata Guerrero seperti dikutip CNN.

#Sumber

0 komentar:

Posting Komentar